Sekali-kali mencicipi menu sensasional, sate kuda. Ya, siapa yang tidak kenal dengan nama hewan satu ini. Kuda senantiasa menjadi lambang kekuatan, kejantanan, dan keperkasaan. Tidak heran legenda tentang kuda senantiasa dikaitkan kesan jantan dan menjadi alat transportasi pilihan sejak zaman dulu. Sebagai simbol kejantanan, seperti tenaganya yang luar biasa dimanfaatkan manusia untuk berbagai kepentingan.
Sate ayam, sate kambing, atau sate sapi mungkin sudah biasa dan banyak yang menyukainya. Namun sate kuda cukup asing ditelinga kita, khususnya bagi saya pribadi. Sate kuda cukup terkenal dikalangan penggemarnya, karena khasiatnya cukup melegenda. 😀 sedangkan dikalangan masyarakat umum cukup kurang terdengar. Alasannya sederhana, tidak lazim orang mengkonsumsi sate kuda.
Bagi banyak orang daging kuda sebenarnya dapat memperkuat daya tahan dan vitalitas tubuh. Gizi daging dan protein kuda itu cukup tinggi dan memiliki kandungan kolesterol yang sangat rendah. Berdasarkan pendekatan empiris (pengalaman masyarakat), daging kuda dapat menyembuhkan sakit lesu, pegal-pegal, linu-linu di pinggang dan persendian (rematik). Selain itu, daging kuda dapat juga menyembuhkan sakit napas (asma) dan flek di paru-paru, sakit gatal-gatal (eksim basah/kering), sakit ayan (epilepsi) dan sebagainya.
Dalam praktiknya, ternyata khasiatnya bukan hanya itu saja. Berikut ini saya coba untuk memetik pengalaman Bapak Subari (50), warga Bogeman Wetan, Kota Magelang yang mengaku sudah cukup lama menderita penyakit kencing manis dengan kadar gula 580. Akibatnya, setiap hari badannya loyo dan haus terus-menerus sehingga banyak minum.
Yang membuat dia lebih takut, kedua matanya menjadi kabur untuk melihat serta Mr. P -nya tidak bisa ereksi. ”Sudah saya coba memutar film biru, ternyata ngulet saja tidak mau, apalagi sampai bangun,” tuturnya. Sebelumnya, dia sudah berobat secara medis namun tidak ada perkembangannya.
Saat kebingungan mencari obat, Bapak Subari diberitahu temannya bahwa daging kuda bisa menurunkan kadar gula. Sejak dua tahun lalu dia menjadi pelanggan setia sate jaran di Jalan Daha, Kota Magelang. ”Kalau di sini tutup, saya membelinya di Kranggan, Yogyakarta.”
Mulanya setiap minggu dua kali makan sate kuda. Setelah berjalan satu tahun, Subari memeriksakan kadar gulanya ke laboratorium. Ternyata betul, kadar gulanya turun. Sekarang dia hanya makan seminggu sekali. ”Kadar gula saya sekarang 200,” ungkapnya.
Yang membahagiakan, di samping penglihatan normal lagi, kewajibannya sebagai suami bisa dilaksanakan dengan baik. ”Punya saya tidak hanya bangun tetapi bisa menjadi lebih keras serta badan tidak loyo lagi,” ujarnya sambil tertawa.
Banyak khasiat dan manfaat yang dapat diperoleh dari daging/sate kuda. Hal terpenting untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh kita mesti baik-baik dalam berolah raga serta menjaga pola makan yang sehat. Right ???
*bagi yang tinggal di Samarinda, Sate kuda dapat dijumpai di Jl. Agus Salim dekat JB. Hottel 😀